Julian lantas mengarahkan ke area kakinya. Sembari menaikkan celana panjangnya, Julian menjelaskan bagaimana lukanya di bagian tubuh tersebut.
"Ini adalah daging mati yang mulai berbau. Setiap kali aku berada di dekat seseorang, mereka mencium bau busuk," ujarnya.
Berparas tampan dan masih muda, namun hidup pemuda bernama Julian ini sudah tidak lagi sama.
Diakui oleh Julian, kedatangannya ke Kensington untuk obat-obatan terlarang.
Ia rupanya sudah mulai kecanduan narkotika sejak 3-5 tahun yang lalu. Itu artinya, Ia sudah mengonsumsi narkotika sejak belia.
"Mau ku tunjukkan luka yang lebih parah di kaki? Kaki ku berlubang," kata Julian ingin memperlihatkan kondisi tubuh yang lain.
Begini Kondisi Tubuh Pemuda 19 Tahun Akibat Kecanduan Narkoba, Hancur & Membusuk
Begini kondisi tubuh pemuda usia 19 tahun yang kecanduan narkoba.
ace_01 dan 7 lainnya memberi reputasi
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Ia pun lantas menaikkan celananya sedikit demi sedikit hingga mulai terlihat luka berlubang dan membusuk di kakinya. Pria yang mewawancarainya bahkan sampai tidak kuat melihat luka Julian.
"Oh Julian, kau masih 19 tahun," ujar pria ini menyayangkan kondisi Julian.
YouTube All Time Media
Begini Kondisi Tubuh Pemuda 19 Tahun Akibat Kecanduan Narkoba, Hancur & Membusuk
Begini kondisi tubuh pemuda usia 19 tahun yang kecanduan narkoba.
Begini kondisi tubuh pemuda usia 19 tahun yang kecanduan narkoba.
PEKANBARU – Seorang pemuda duduk di salah satu ruangan di warung kopi, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru. Mengenakan kaos hitam, pemuda itu menyeruput kopi dingin, sambil menatap layar ponselnya.
Alva, bukan nama sebenarnya, sejak pagi sudah ada di ruangan itu. Sekilas, Alva tampak seperti pemuda pada umumnya. Tapi siapa sangka ia pernah menjadi korban judi online (Judol) Slot.
“Total ada Rp70 juta utang aku gara-gara judi online, bang,” sesal Alva saat membuka cerita pada Senin siang (7/10/2024).
Ia mengingat pertama kali menyentuh Judol itu sekitar pertengahan Maret 2023. Ia dikenalkan game slot oleh temannya ketika di tongkrongan. Temannya kala itu bercerita dari modal recehan bisa menang jutaan rupiah dari game slot.
Bisa untung besar dengan modal kecil, tentunya memantik rasa penasaran Alva. Pemuda bertubuh langsing itu kemudian donwnload game judi itu. Setelah buat akun dengan nama samaran, ia kemudian deposit Rp100 ribu.
“Test lah depo (deposit) Rp100 ribu malam itu. Ternyata menang Rp500 ribu. Disuruh teman tarik uangnya,” ceritanya.
Mendapat cuan yang lumayan, bikin Alva girang. Namun ia tak sadar hal tersebut akan menjeratnya ke ‘lingkaran setan’ yang membuatnya stres dikejar utang.
Hari demi hari dihabiskan Alva untuk bermain Judol. Awalnya dari deposit ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah pun dikorbankan untuk jadi modal berjudi.
Bangun tidur, main, dan kalah. Sebelum tidur juga sama, main lagi, dan kalah. Itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. Tapi ia tak dapat berhenti, karena sudah ketagihan.
Adiksinya makin parah. Gajinya sebagai karyawan swasta habis dipakai berjudi. Parahnya, ia nekat menguras tabungan di rekening, demi bisa Judol.
“Sudah candu. Satu hari bisa Rp1 juta habis dipakai main. Ada menang, ada kalah. Tapi kalau dihitung lebih banyak kalahnya. Sampai uang tabungan Rp10 juta habis dalam sebulan. Ya itu, dalam pikiran cuma terpikir, bagaimana bisa mengembalikan uang yang sudah kalah sebelumnya, dengan harapan bisa menang,” ucap pemuda 23 tahun.
Tanpa sepengetahuan orang tuanya, Alva nekat pinjam ke teman hingga kenalan. Semua dilakukan demi bisa bertaruh nasib setiap hari.
“Pokoknya kalau tak ada uang, coba pinjam sana, pinjam sini. Ada juga ke Pinjol (pinjaman online) tapi enggak besar. Sampai pinjaman sudah Rp70 juta lebih. Pikiran sudah kacau, utang di mana-mana, belum lagi kena tagih kapan lunasnya. Sebulan harus ada Rp5 juta untuk bayar utang. Uang gaji paling setengah dari itu, jadi gali lobang, tutup lobang,” sesalnya.
Akhirnya ia tak tahan lagi, mulai mencari cara agar bisa sembuh dari kecanduan judi online. Yang terlintas di benaknya, buka Youtube. Lalu ia tonton satu per satu video yang membagikan tips agar bisa terbebas dari adiksi Judol.
Sekali waktu, ia melihat video Ustaz Dennis Lim atau Koh Dennis. Ustaz kondang itu memang punya masa lalu berkecimpung di Judol, lalu bertaubat.
“Di situ diajarkan kalau mau berhenti main slot (Judol), terlebih dahulu ikhlasin kekalahan. Kalau masih tidak terima dengan kekalahan, pasti tidak akan pernah keluar dari zona itu. Juga disuruh minta maaf ke orang tua, akui semua kesalahan, termasuk judi online,” ceritanya lagi.
(Seorang mantan pemain Judol bercerita bahaya judi yang membuat kedai kopinya hampir gulung tikar/foto-riki)
Semua itu dilakukannya. Ia menemui ibunya, meminta maaf. Ia pun menumpahkan segala yang telah lama dipendamnya, yaitu terjerat judi online dengan utang puluhan juta rupiah. Cerita Alva, ketika itu ibunya kaget, namun tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Hanya air mata yang tumpah.
“Mama enggak berkata apa-apa, hanya nangis. Itu momen yang paling menyakitkan. Dari situ aku makin mantap mau berhenti total judi online. Alhamdulillah, 31 Desember 2023 sudah enggak nyentuh lagi itu game slot. Untuk utangnya sudah diansur. Kemarin motor dijual, untuk angsur utang. Oktober ini sisa utang tinggal Rp4 juta lagi,” katanya.
Mengalami masa kelam itu, Alva dengan pasti menyebut judi online tidak akan bisa membuat kaya. Hanya menunggu waktu saja, sampai nasib pecandu Judol akan jatuh.
“Judi tak buat kita kaya, tapi bandar kaya. Uang haram itu tidak akan kepikiran mau investasi, malah diputar ke sana lagi (Judi). Terima saja kekalahan, jangan punya pikiran mengembalikan kekalahan sebelumnya, nanti makin dalam ruginya,” pesannya.
Satu hal juga yang tak kalah penting, Alva menilai untuk keluar dari jeratan judi online ini harus datang dari pemain itu sendiri. Karena jika dorongan dari dalam diri tak ada, maka tak akan pernah terbebas dari Judol.
“Kalau pemain judi ni bang, tak bisa dinasehati. Kecuali dirinya yang mau berhenti,” pesannya.
Belum lagi yang ia rasakan, meski sudah terbebas dari jeratan Judol, namun sulit bagi orang lain percaya. Orang masih berpandangan, dirinya tetap berjudi.
“Orang masih melihat kita dengan pandangan buruk. Bagi mereka mana ada pernah penjudi berhenti. Masa lalu kita diungkit-ungkit. Jadi bikin sakit hati, seolah-olah masih main aja awak. Tapi biarlah orang berpandang buruk, tapi kenyataannya kita sudah benar benar berhenti,” ujarnya.
Terjerat judi online bukan hanya dialami Alva. Hal serupa juga dialami Gori, nama samaran, seorang pemilik salah satu kedai kopi di Pekanbaru.
Gori sedang merapikan kursi di meja kedainya saat penulis menemuinya pada Rabu malam (9/10/2024). Kemudian pria brewokan itu mengambil buku hijau di bawah meja. Duduk dekat meja kasir, ia bolak-balik buku halaman yang berisi catatan omzetnya hari itu.
“Beginilah, Omzet masih belum stabil,” ujarnya membuka cerita.
Pria 33 tahun itu mengakui pernah menjadi pecandu Judol, dimulai akhir tahun 2023. Bahkan hanya dalam waktu singkat, ia nyaris kehilangan mata pencariannya, gara-gara uang sewa yang disimpannya terpakai untuk judi.
“Hampir hilang semuanya. Gara-gara uang Rp18 juta yang ditabung untuk perpanjang sewa kedai terpakai habis,” ujarnya mengenang.
Gori menyebut awal kenal Judol saat dikenalkan pelanggan kopi di tempatnya. Awalnya hanya iseng bermain judi jenis game slot. Berbekal modal Rp50 ribu, ia menang. Keterusan, hingga kemenangannya sampai Rp6 juta. Hadiah yang fantastis membuatnya kecanduan.
“Awalnya saya pikir hanya sekadar hiburan. Tapi, dalam hitungan bulan, saya benar-benar kecanduan. Setiap hari bisa menghabiskan waktu berjam-jam main, apalagi kalau hari Minggu, itu kerjaan main judi online. Dengan harapan menang,” cerita Gori dengan suara lirih.
Setiap minggu, ia mengulang pola yang sama, mulai bermain di hari Minggu, berharap bisa bangkit dari kekalahan minggu sebelumnya. Namun, bukannya untung, ia malah sering kali kehilangan lebih banyak.
"Setiap kalah, saya bertekad minggu depan pasti jackpot. Tapi yang terjadi, saya terus kalah. Perasaan berharap itu bikin saya nggak bisa berhenti," katanya sambil menghela napas.
Namun, hari sial tak ada di kalender. Kekalahannya makin dalam, Gori rungkad. Tabungan untuk sewa kedai terpakai, padahal seminggu lagi ia harus perpanjang uang sewa.
"Panik saya. Mau pinjam, orang enggak ada yang mau kasih. Mungkin karena tahu saya main judi online. Dikira uangnya nanti dipakai judi, padahal saya kepepet mau bayar uang sewa. Kalau tak terbayar, berarti harus cari tempat lain, mulai dari nol lagi. Sama saja bankrut,” tuturnya.
Kondisi ini mempengaruhi emosinya. Gori mengakui bahwa emosinya tidak terkontrol saat kecanduan Judol.
“Mungkin efek saking sering kalah, jadi temperamen saya naik, emosi enggak karuan. Sampai akhirnya saya sadar, saya enggak bisa terus seperti ini,” lanjutnya.
Setelah mendapat asupan dana untuk perpanjang sewa kedai, Gori ‘bersumpah’ tak lagi bermain Judol. Ia ingin agar ceritanya ini sebagai peringatan bagi orang lain yang mungkin merasa terjebak dalam situasi serupa.
"Enggak bakalan percaya kalau belum ngalamin sendiri. Kecanduan ini nyata, dan sulit banget keluar. Harus dari kitanya yang bertekad untuk benhenti. Hapus game, kalau perlu mobile banking supaya tidak tergoda untuk top up," harapnya.
(Harus diberantas, iklan Judol masih ditemui di media sosial/foto-riki)
Kemenangan Semu Judi Online
Kecanduan judi online di kalangan remaja ini memang sudah meresahkan. Psikolog, Yanwar Arief, M.Ps menceritakan pengalaman pahit seorang kliennya, seorang siswa kelas tiga SMA di Kota Pekanbaru yang terjebak dalam kecanduan judi online.
Remaja tersebut berasal dari keluarga mampu, namun dalam waktu enam bulan, dia sudah menghabiskan lebih dari Rp 100 juta. Laptop, motor, dan barang-barang berharga lainnya dijual demi melunasi utang yang berasal dari pinjaman online.
“Saat pertama kali orangtuanya curiga, anak ini tak mau keluar dari kamarnya. Uang di rumah mulai hilang, dan setiap kali ditanya, dia selalu menghindar. Setelah diselidiki, ternyata dia memiliki tagihan dari pinjaman online yang digunakan untuk berjudi,” ungkap Yanwar Arief saat diwawancarai halloriau, Kamis (10/10/2024).
Ketua Himpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) Wilayah Riau itu menyebut fenomena kecanduan Judol ini semakin meresahkan, terutama karena bukan hanya orang dewasa yang menjadi korban, tetapi juga remaja, bahkan anak-anak SMP.
“Kebanyakan awal mereka mencoba-coba Judol, karena ajakan teman. Tahap pertama mereka menang, ini menjadi pemicu. Ada rasa senang dan ingin mencoba lagi dengan uang taruhan yang lebih besar. Ini yang akhirnya menjerumuskan mereka pada kecanduan,” jelasnya.
Sadar atau tidak, perubahan perilaku mulai terlihat saat kecanduan mengambil alih. Kemudian mereka akan menghindari kontak dengan keluarga, karena ada perasaan takut dan malu jika mau menceritakan kekalahan. Ini semakin parah, karena mereka sudah adiksi dan tak mau berhenti.
“Segala sesuatu yang bersifat adiksi akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang. Anak ini mulai menarik diri dari lingkungannya, tidak terbuka, dan melakukan perilaku yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Ini sangat mengkhawatirkan,” kata Dosen Psikologi di Universitas Islam Riau (UIR) ini.
Yanwar menekankan pentingnya peran keluarga dan lingkungan dalam membantu penyembuhan dari kecanduan ini.
“Anak yang kecanduan butuh konseling terus-menerus agar pikirannya jernih, meningkatkan harga diri, dan kembali fokus pada cita-citanya. Orangtua juga harus turut serta dalam proses ini. Mereka perlu mendekatkan diri, mendengarkan, dan menghindari memberikan penilaian atau hukuman yang justru akan membuat anak merasa semakin tersisih,” katanya.
Namun, seringkali, orangtua menghadapi kesulitan dalam menjangkau anak mereka yang sudah terlalu jauh terjerumus. Dalam kasus klien Yanwar, upaya nasihat dari keluarga, bahkan rukiah, tidak membuahkan hasil. Baru setelah mendapatkan bantuan psikolog, remaja tersebut mulai menunjukkan perubahan.
"Kadang diperlukan pihak ketiga dengan otoritas lebih untuk membantu. Libatkan psikolog, ustaz, atau profesional lainnya yang bisa diandalkan, terutama jika kepercayaan anak terhadap orangtua sudah berkurang,” saran Yanwar.
Yanwar juga menyoroti tantangan dalam judi online karena sifatnya yang privat, sehingga sulit dideteksi. “Tidak seperti judi konvensional yang biasanya dilakukan secara terbuka, judi online bisa dilakukan di mana saja, bahkan di dalam kamar. Fenomena ini seperti gunung es—banyak kasus yang tidak terlihat di permukaan,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa penting untuk selalu mengedukasi bahaya judi online. Bisa memicu gangguan mental hingga berujung depresi. Orang lain juga ikut kena dampak negatifnya, terutama keluarga.
Sebagai upaya pencegahan sangat penting, terutama dengan membangun komunitas yang positif bagi remaja. Alternatif kegiatan seperti ekstrakurikuler atau kegiatan sosial perlu diperbanyak, sehingga kesempatan mereka untuk nongkrong dan melakukan hal-hal yang tidak jelas bisa berkurang.
“Aspek keluarga juga sangat penting. Banyak keluarga terlalu percaya dan abai terhadap aktivitas anak mereka, sehingga pengawasan menjadi lemah,” ujarnya.
Judol Terus Diberantas
Upaya memberantas uji online ini bukannya tidak ada. Awal Maret 2024, Direktorat Reskrimsus Polda Riau berhasil mengungkap kasus judi online yang beroperasi di Kota Dumai, Riau. Jaringan pembuatan dan penjualan ID permainan High Domino itu sudah ada sejak 2022 dan beromzet Rp18 miliar.
Dalam keterangan resminya, Tim Reskrimsus Polda Riau menggerebek dua lokasi, yaitu di Jalan Sukajadi dan Jalan Kelakap, Dumai. 32 orang diamankan dan 342 PC rakitan yang digunakan untuk operasi tersebut disita.
Para pelaku terancam hukuman 10 tahun penjara. Mereka dijerat dengan Pasal 45 ayat (2) juncto Pasal 27 ayat (2) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau Pasal 303 ayat (1) KUHP.
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memiliki enam jurus dalam memerangi judi online di Indonesia.
Menkominfo, Budi Arie Setiadi, menerapkan enam strategi, termasuk pemblokiran VPN gratis, penguatan pemutusan Network Access Provider (NAP) dari Kamboja dan Filipina, serta pembatasan transfer pulsa. Selain itu, Kementerian Kominfo juga sedang memproses Instruksi Presiden tentang pelarangan judi online.
Menkominfo menekankan pentingnya semangat dan kerja sama untuk terus memutus semua jalur yang memfasilitasi judi online.
“Jangan patah semangat. Pemberantasan judi online menyelamatkan masyarakat dari penipuan,” tegasnya dalam Rapat mengenai Langkah Strategis Lintas Satuan Kerja di Kementerian Kominfo terkait Pemberantasan Judi Online dan/atau Judi Slot, di Jakarta Pusat, belum lama ini.
Budi Arie menginstruksikan seluruh pimpinan satuan kerja untuk menyusun kebijakan dan rencana aksi konkret dalam memberantas judi online.
Menkominfo juga meminta agar seluruh kanal komunikasi dimanfaatkan untuk mengampanyekan bahwa judi online adalah bentuk penipuan. Ia mengajak seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN), balai monitoring daerah, dan mitra lainnya untuk memastikan sosialisasi berjalan masif.
“Kita harus merdeka dari judi online. Wujudkan Indonesia Emas 2045 dengan membangun negara bebas dari praktik ini,” tegasnya lagi seperti dikutip dari keterangan resminya.
Dengan langkah-langkah ini, Menkominfo berharap Indonesia segera bebas dari perjudian online yang merugikan masyarakat dan negara.
Sebab kecanduan judi online adalah masalah serius yang tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga menghancurkan masa depan para korban, terutama di kalangan remaja. Peran serta orangtua, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam mengatasi fenomena ini.
Penulis: Riki AriyantoEditor: Satria
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
(mohon dilampirkan data diri Anda)
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Penyalahgunaan narkoba menghancurkan hidup setiap pelakunya, tidak terkecuali idol KPop. Mereka menyesali perbuatannya di masa lalu, yang mencoba mengonsumsi obat-obatan terlarang dan melanggar hukum itu. Hidupnya pun perlahan berantakan karena narkoba.
Berikut curhatan detail para idol KPop yang pernah terjerat skandal narkoba tentang kehidupannya. Mereka merasa kecewa karena terlilit utang hingga tidak lagi mendapat perhatian publik karena tindakannya. Yuk, simak!
Nam Taehyun eks WINNER
Di program In Depth 60 Minutes pada 2023, Nam Taehyun membahas perjuangannya melawan rasa candu terhadap narkoba. Saat bekerja di industri hiburan, ia biasanya mengonsumsi pil diet yang tergolong narkotika. Ia juga harus minum obat tidur karena insomnia. Meski obat-obatan itu berhubungan dengan medis, ia merasa hal itu membuka jalan untuknya dalam menggunakan obat-obatan terlarang.
Kecanduan narkoba membuat Taehyun terlilit utang hingga harus menjual rumahnya dan rumah orangtuanya untuk melunasinya. Ia pun segera bekerja di restoran sebagai pekerja paruh waktu demi melunasinya. Ia juga harus menjual barang-barang berharganya demi membayar utang itu.
Taehyun berakhir dirawat di tempat rehabilitasi penyalahgunaan narkoba. Ia memeriksakan diri di tempat itu karena melihat betapa banyak orang-orang di sekitarnya yang meninggal karena tubuh dan pikiran mereka dirusak akibat kecanduan narkoba.
Sebagai penutup, Taehyun mengingatkan pada para remaja untuk tidak menyalahgunakan narkoba. Ia berharap mereka tak terlibat, bahkan tidak tertarik sama sekali pada barang terlarang itu. Sebab, baginya, narkoba adalah sesuatu yang akan menghancurkan hidup setiap orang.
B.I hengkang dari iKON setelah terlibat skandal penyalahgunaan narkoba pada 2019. Ia pun menceritakan perjuangannya menghadapi keterpurukan itu di wawancara dengan Billboard pada 2022. Ia mengawali, dengan mengatakan, dirinya kerap terbebani akan ekspektasi besar orang-orang di sekitarnya padanya.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
B.I menyadari dirinya masih muda, hingga salah mengambil keputusan. Sebab, ia berpikir dirinya bisa meringankan beban itu dengan mengonsumsi obat-obatan terlarang sebagai pelarian. Ia menyesali pilihannya dan menganggap dirinya bodoh. Saat masih jadi pencandu narkoba, B.I selalu dihantui rasa takut perbuatannya akan terekspos di publik.
Saat berita itu tersebar luas, B.I merasa dunianya runtuh seketika. Ia mendadak memikirkan orang-orang yang telah dikecewakan olehnya, seperti keluarga, teman, dan fansnya. Ia membenci dirinya sendiri. Keluarganya hanya bisa memeluknya dan menangis bersamanya, untuk membuatnya tenang.
B.I pun sempat tak berpikir untuk kembali berkarier di industri hiburan. Namun, ia secara kebetulan melihat pesan singkat di Post-It di dinding sebuah acara untuknya. Beberapa fans juga menghadiahkan perlengkapan studio untuknya. Jadi, B.I perlahan bangkit dan mulai kembali aktif bermusik sebagai solois pada 2021.
B.I juga sudah mengubah pola pikirnya. Ia yang dulu menganggap dirinya harus selalu menunjukkan hasil terbaik, kini tidak peduli lagi dengan hal itu. Ia sudah membuat keputusan untuk terus membuat musik, jadi, hasil atau prestasinya tidak berpengaruh untuknya.
Baca Juga: 6 Idol KPop Cowok Jadi Pengarah Vokal saat Rekaman untuk Grupnya